Posts

Showing posts from 2019
Image
Satu elemen yang sangat diperhitungan masyarakat nampaknya masih dikalungi oleh kalangan mahasiswa, komunitas dengan semangat membara yang menjadi bagian dari catatan sejarah. Kaum intelektual yang bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang dimiliki, menjadi tombak perubahan, terkenal dengan jiwa patriotnya, pengorbanan tanpa pamrih, totalitas perjuangan, mampu merobohkan otoritas, ketidakadilan, kebohongan, penindasan, serta oposisi pemerintahan yang paling independen. Sejarah Indonesia mencatat eksistensi peran mahasiswa dengan idealismenya dalam kemerdekaan bangsa Indonesia mampu mendorong terbentuknya gerakan – gerakan serta organisasi kemahasiswaan untuk melakukan tindakan transformatif.. Peristiwa kebangkitan nasional, sumpah pemuda, proklamasi, kemerdekaan Indonesia, reformasi pada tahun 1998 tidak pernah terlepas dari gagasan dan gerakan para pemuda Indonesia terutama mahasiswa. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk u...

Sang Penuntas Mimpi

Perubahan (baca: pembaharuan) merupakan salah satu fenomena yang sangat akrab dalam kehidupan kita yang seakan tidak berujung. Seperti lautan yang tak bertepi.  Perubahan  yang menjadikan kehidupan menyejarah. Perubahan yang menjadikan kehidupan ini tetap remaja, awet muda. Seperti aliran sungai yang mengalir, perubahan itu mengalir dengan begitu santun dari hulu yang lebih tinggi, kadang mengalir dengan tegas dan kuat, kadang dengan lembut dan tenang. Semangat aliran selalu selalu mencerminkan kondisi dan situasi yang dihadapi. Sepanjang aliran sungai itu pun terjadi dinamika kehidupan. Tekstur tanah, bebatuan, ketinggian, pH, komunitas kehidupan, dan berbagai hal yang ditemukan sepanjang aliran sungai akan selalu mempengaruhi bentuk, kinerja, dan efektivitas kerja aliran sungai tersebut. Sehingga ketika melewatialiran sungai nan-panjang akan kita temukan dinamika kehidupan yang beranekaragam. Beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Dari sanalah kehidupan itu berkem...
Tepat setahun lalu, notifikasi whatsapp berbunyi. Sebuah pesan singkat dari sahabat di kampung halaman berbunyi, "Mip, kapan pulang?" Pesan tersebut membuat ku terdiam beberapa saat, berbagai kerinduan tentang kampung halaman berlomba-lomba meminta untuk diingat. Ku balas dengan mantap, "Kalau udah PANTAS  bakalan pulang, tolong doakan" "PANTAS" Standar apa yang akan digunakan untuk menyatakan kepantasanku untuk pulang? Apa? Apakah saat mengantongi gelar sarjana? Saat sudah tidak menggantungkan hidup pada orang tua? Saat memiliki banyak relasi? atau apa? Hingga hari ini aku tak mampu menjawabnya. Setelah ujian untuk mendapat gelar sarjana dilalui, aku justru semakin takut untuk pulang. Ketika sudah memiliki penghasilan sendiri, aku merasa belum cukup untuk dibawa pulang. Relasi? Dimana? Begitu banyak relasi di Solo, tapi apakah berguna? Relasi di Solo justru membuatku semakin takut untuk pulang. Solo -tanah rantau- menjadi zona nya...