Noken, Tas Khas Tanah Papua
Papua,
siapa yang tak mengenal papua? Bagian paling timur dari Indonesia, sosong fajar
pertama yang menyinari bumi Indonesia. Papua terkenal dengan ketertinggalannya
dalam berbagai aspek kehidupan, perang suku serta belum terbukanya terhadap
dunia
luar, dibalik semua itu Papua jauh berbeda dari yang kita bayangkan. Semua
pandangan itu terbantahkan oleh satu Kabupaten yang ada di Papua, yaitu
Kabupaten Nabire. Kabupaten Nabire ini sangat terbuka terhadap pendatang baru
bahkan sudah lebih berkembang dibandingkan beberapa kabupaten yang ada di
Papua.
Perkembangan
dan keterbukaan terhadap budaya luar itu tidak membuat Nabire meninggalkan
kearifan lokal, tradisi, dan ciri khasnya. Salah satu daerah yang mencerminkan
hal tersebut adalah Kampung Kimi. Kampung
Kimi terkenal sebagai “Kampung Nusantara”. Kampung ini merupakan salah satu
kampung di Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire. Letaknya yang pesisir
berdampak pada pola pikir masyarakat yang sudah sadar untuk hidup lebih baik,
beradab, menjaga keharmonisan dan tradisi mereka. Terletak di pesisir juga
menyebabkan masyarakat menjadikan laut sebagai salah satu sumber kehidupan dan
kapal laut sebagai salah satu alat transportasi utama.
Selama
kurang lebih hidup 45 hari di Kampung Kimi hatiku terpikat oleh alam, tradisi
dan kearifan lokalnya. Alam yang masih terjaga dan begitu subur, hutan-hutan
yang begitu rindang dengan pohon dan tumbuhan khasnya, serta hewan yang hidup
dengan aman disana. Salah satu pohon yang mudah untuk ditemui adalah pohon
sagu, sagu tidak lepas dari kehidupan masyarakat Papua, sebab sagu menjadi
salah satu makanan pokok. Sagu ini sudah menjadi suatu tradisi dari warisan
leluhur terdahulu. Biasanya yang bertugas untuk mencari sagu dan memasaknya
adalah perempuan dengan menggunakan tas khas Papua yaitu, Noken.
Pengalaman
unik yang aku alami saat berada di Kampung Kimi adalah ketika bertemu dengan
salah seorang mama Papua. Hal yang aku temukan pada mama tersebut adalah mama
menggantungkan tali noken di kepalanya. Noken yang dibawa oleh mama tersebut
membuat saya terkagum dan penasaran. Di dalam noken yang dibawa mama terdapat
anak babi, kangkung dan bayi yang dimasukkan secara berurutan. Awalnya aku merasa
hal ini sangat konyol dan tidak manusiawi karena anak babi berada satu tas
dengan anak manusia. Tetapi bagi masyarakat setempat hal ini merupakan hal yang
biasa. Dari sini aku tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang noken dan
ingin belajar membuatnya.
Noken
merupakan hasil kerajian tangan masyarakat Papua. Meskipun noken berfungsi
sebagai wadah untuk barang bawaan tetapi masyarakat tidak menyebut noken
sebagai tas. Bagi masyarakat, noken merupakan kerajinan tangan masyarakat adat
tanah Papua yang sudah bernorma, beradat, berbudaya dan beretika dari masa
lelulur hingga sekarang.
Noken
digunakan untuk mengisi dan menyimpan barang, umumnya barang yang dibawa adalah
hasil kebun, hasil laut, kayu, bayi, hewan kecil, belanjaan, uang, sirih, buku
dan lain-lain. Noken diibaratkan sebagai rumah berjalan karna mampu menampung
barang yang sangat banyak. Di Nabire terdapat hari khusus bagi PNS yang
diwajibkan untuk menggunakan noken seharian.
Pada
umumnya pembuatan noken dilakukan oleh wanita atau mama-mama Papua, yang
disebut dengan “Mama Noken”. Noken terbuat dari beberapa bahan yang mudah
ditemui dialam yaitu, kulit pohon genemo (latin, Gnetum Gnemon), daun pandan, dan rumput rawa. Proses pengolahan
bahan baku yaitu merajut dan menganyam dilakukan secara konvensional. Selain
bahan baku tersebut juga terdapat serat tangkai anggrek yang berwarna kuning,
hitam dan cokelat sebagai hiasan.
Ada
beberapa jenis noken, berdasarkan tempat tinggal dan jenis kelamin yang menggunakannya.
Noken bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan terbuat dari kulit pohon genemo yang dirajut,
sedangkan bagi masyarakat pesisir terbuat dari daun pandan dan/atau rumput rawa
yang dianyam.
Bagi
para pendatang yang ingin mencari noken, sangat mudah menemukannya. Sepanjang
trotoar jalan di Kota Kabupaten Nabire banyak Mama Noken yang menjual noken.
Noken dijual dengan harga yang beragam, mulai dari Rp 100.000,- hingga Rp
3.000.000,- harga tersebut tergantung kualitas dan penggunaan serat anggrek
pada Noken. Semakin banyak serat anggrek maka semakin mahal pula harga noken.
Noken
merupakan hal vital dan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. Hampir semua
aktivitas di masyarakat selalu menggunakan noken sebagai wadah untuk barang
bawaan. Noken memiliki nilai seni dam estetika, maka masyarakat Papua saat ini
memberdayakan noken sebagai salah satu potensi ekomoni masyarakat.
Pandangan
masyarakat luar terhadap noken adalah sesuatu yang kuno dan primitif tetapi hal
tersebut harus diubah karena noken merupakan warisan nusantara yang merupakan
hasil dari cipta, rasa dan karsa yang harus terus dilestarikan sebagai
identitas daerah dan bangsa.
Sloty Casino - MapyRO
ReplyDeleteGet 계룡 출장마사지 directions, reviews and information for Sloty Casino in Hernando, NV. Get driving 익산 출장마사지 directions, reviews and 서귀포 출장마사지 information for Sloty 부산광역 출장안마 Casino in 포항 출장마사지 Henderson, NV.